Breaking News

Minggu, 16 September 2018

Luka


Kelam sepi mendesak
Remang rembulan sungguh di mataku
Seperti karang dipukul ombak
Jemu menderu dua jiwa retak satusatu
Luka terbuka dipandang menganga
Melayang teriakku meriak kolam kalbu
Sudahi, padami selagi bernyawa
Damai dan reda lari ke rumah bapak dan ibu
Tidak tahu sampai berapa lama
Sebelum kau merujuk, iddahku mendingin beku

Purwokerto, 4 Juli 2015

Read more ...

Senin, 03 September 2018

Silih Berganti



Kalau saja hari tidak terbagi, pasti
Waktu tak berhenti di jam ke satu, dua dan tiga
Kata mereka siang dan malam tak ubahnya
Tenaga dikuras ketakberdayaan, habis disuatu masa
Berjuta jiwa diseragamkan, bukan jubah putih tapi
rona pembeda
Tentang mengeja usia serta angka lahir
Manusia hidup digilir kemudian dikemalir
Kita adalah mesin bernyawa yang menggerakan
rodarantai dan kemudi
Orang kaya jadi kusir, orang miskin kaya kuda dipecut
larilari
Inilah zaman ahir mempersiang zaman dulu
Budak kerja rodi buruh kerja terpaksa selalu
Di tapakan peradaban masa silam sampai sekarang ini

Purwokerto, 29 Juli 2015
Sajak


Read more ...

Pertimbangan



Terasa biasa saja entah dimana berada
Pena terasa duka kaku terkapar di meja
Lembaran tetap putih disorot cahaya
Bulan memancar terang tapi terasa bersahaja

Jejalanan kutapaki, musim kini sepi menyapa
Ini hanya tentang rasa dalam tawa menggila
Malam pekat merontaronta disekap mainan rasa
Jiwa tambah pengap dalam remang sandiwara

Pandangan terus kusam di nantimenanti
Dari mata jatuh ke hati; semati ? Lagi
Rindu bertubi menghantam lebam sendiri
Malam sunyi sepi tambah terasing diri
Penghabisan ini sudah bukan kanak lagi
Bekal dan bahan pertimbangan duniawi
Sajak


Biar cela dan cerca datang menghampiri
Disinilah keberanian diuji, tapi pasti
Kupegang tanganmu mari kita buat janji
Demi Tuhan, bukan demi lain

Purwokerto, 25 Juli 2015

Read more ...

Sendu di Dermaga



Sendu penghabisan senja itu, yang merah
Tembaga saksi setia hingga sirna
Aku sendiri menyisir pematang dermaga
Menghembus harap sempat berpaut, sayang
Aku balik berbenah dalam mempercayainya

Desir angin semakin dingin mengiring
Langkah jadi tersendat dirindu bisikbisik menggebu
Siasia. Cuma tawa dan gila saja yang datang
Hati terdengar menjerit seru menderu sampai diri lupa
kutipu
Habis sudah perasaan dibatas jalinan kenang
Cerita hanya mengatasi suka dan duka
Semoga bahagia kekasihku disebrang pulau

Purwokerto, 5 Juli 2015

Read more ...

Sabtu, 04 Agustus 2018

Rumahku


Rumahku



rumahku beratap hijau menjulang langit

kudirikan ketika senjakala

di halaman ada kolam bercahaya emas

sesekali bermandikan deburan ombak di tepian



rumahku tak semegah istana

cukup satu pintu untukmu sang surya

di sana aku bercumbu, berbulan madu

berbini dan beranak pinak



di waktu pagi aku terbang entah ke mana

berharap semesta mekar serupa mawar

aku tersesat tak dapat jalan

terlalu jauh aku berpijak dari halaman rumahku



di kala petang kurebahkan selimut kasih

menjaga dari kabut yang menusuk hingga maut

rasanya tak lama lagi, tapi ia datang

memberi salam kepada dunia


Oleh : Naeron Aryaf R
Purwokerto, Maret 2013
Read more ...

Undanganmu

Undanganmu



beginilah malam yang patah

aku terpecah beribu rasa

merangkaki batu-batu bisu

aku tersesat tak ada jalan



matahari telah berpaling

hingga kudapati petang menjulang



kau kawin dan berbahagia

sedang aku meratapi laman hati

serupa karang terpukul ombak di tepian ingatan


Oleh: Naeron Aryaf R
Purbalingga,  Mei 2013
Read more ...

Minggu, 29 Juli 2018

Anak Kecil



Anak Kecil

Rasanya tak tahan, ditawan waktu
Kesal, dalam hatiku seru menderu
Biar menampar debar dalam diriku kau datang
Siang dan malam dalam sembah Hyang

Dibingkai senyum itu kupandang kadang
Anak kecil yang rapuh ku titah lengang
Tak sempat menoleh batu halamanku
Kapan? Tak satu juga pintu terbuka memanggil; ibu, ibu

Aku menghamba pada kelam sepi
Disanggah pengharapan yang kebal dari mati
Batin Kedereng diseret sajaksajak pemikat
Kapan tole? Kabar kusaut  tiba kau kusambut

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 4 Juli 2015
Read more ...

Sendu Di Dermaga



Sendu di Dermaga

Sendu penghabisan senja itu, yang merah
Tembaga saksi setia hingga sirna
Aku sendiri menyisir pematang dermaga
Menghembus harap sempat berpaut, sayang
Aku balik berbenah dalam mempercayainya

Desir angin semakin dingin mengiring
Langkah jadi tersendat dirindu bisikbisik menggebu
Siasia. Cuma tawa dan gila saja yang datang
Hati terdengar menjerit seru menderu sampai diri lupa
kutipu
Habis sudah perasaan dibatas jalinan kenang
Cerita hanya mengatasi suka dan duka
Semoga bahagia kekasihku disebrang pulau

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 5 Juli 2015

Read more ...

Nostalgia



Nostalgia

Peristiwa silam yang terlalui
Menempa kembali dinding kalbu
Mengingat pada hujan yang rintik
Seakan tunduk menetes dilembut pipimu

Hamparan kebiruan membuka nostalgia
Mengenang kita bercumbu di bawah rindang cahayanya
Serupa kita jadi ombak, berlaut dan rindu ketepian
Ini aku lagi bermuara berpaut mau manisku jelita

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 5 Juli 2015

Read more ...

Cerita Kita


Cerita Kita

Bibirnya yang mawar merekah merah
Matanya yang embun dikala pagi
Lambaian jari jemari tawan aku sudah
Kenang hati lama bertahun sunyi

Sendiri kulangkahi waktu datang dan berlalu
Malam kian melamar pemujaan padamu
Percintaan ini aku lagi merajai
Disuatu rumah tempat kita memulai

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 5 Juli 2015

Read more ...

Senja Di Batas Desa



Senja di Batas Desa

Senja kemarin dibatas desa
Di tangkai mawar senyum itu
Masih menawan dada aku dekapnya

Di pohon itu kita kenang awal baru
Menatapku bisu dalam senyap
Senja di matamu lagi malu
Saat bisik ikrarku kian meluap

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 5 Juli 2015

Read more ...

Cukuplah Tuhan



Cukuplah Tuhan

Sehelai kertas putih
Tanpa noda hitam menggores lembaran
Disebuah bangku dan meja tanganku terlatih
Melukis cita cinta setinggi kebiruanMu
Laku aku dan kamu
Bertaruh nasib padaMu
 Tuhan

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 7 Juli 2015

Read more ...

Peristiwasilam



Peristiwa Silam

Rintih hati dan linangan embun
Seraya senyap sendiri di padang kamar
Sambil mengingatmu raga terkapar sadar

Kemarin aku membatu mendingin beku
Aku hanyut larut diteguk anggur
Mulut tertutup hirup kabut mariyuana

Malam gelap siangpun gelap
Udara pengap waktu tersekap
Sial tanggal, terbekam dipagar baja

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 7 Juli 2015

Read more ...

Desir desir Ombak



Desir desir Ombak

Di pasir pantai menganti rahasia dua hati
Bergurau rayu dipercik ombak tawamu
Sendiri bertanya; cinta serperti laut tak bertepi, katanya
Melebur hampa lenyap dalam oasenya yang biru
Atau hanya pikirku terngiang hempas angin lalu

Tidak-apa hawa dan adam, puas menghujat Firman Tuhan
Hangus malu rayu syetan, mampus; lalu sesalan  di buritan

Naeron Aryaf Rifyana
Kebarongan, 24 juli 2015

Read more ...

Penyesalan



Penyesalan

Mulai rintik di wajah, langit kelam
Angin sepi mendesah dipenghabisan malam
Lagi, gerimis tak tersentuh menembus luka

Sendiri dalam termangu membenam rasa
Sepi penuh sesak udara jadi bertuba
Ini dada penuh luka makin usang dilupa
Tercabar rasanya nyesal segala berpunca

Naeron Aryaf Rifyana
Kebarongan, 22 Juli 2015

Read more ...

Sore Merindumu




Sore  Merindumu

Sore ini yang kembang ilalang
Angin sayup membelai nuansa bukit
Berdua duduk berbincang lantang
Tentang matahari yang mengintip terbit

Seperti penyair, menyindirmu di muka semesta
Atau hanya rayuan segala sapa menggila
Angin berhembus gugup, hari belum pekat kelam
Rindu lagi dikuncup, memekar diwaktu temaram

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 10 juni 2015

Read more ...

Sebuah Jendela




Sebuah Jendela

Ada cerita di punggung jendela kayu tua
Selalu pagi disenyumnya yang menawan
Di bawah teduh langitlangit kepang bambu
Mata membisu menatap bayang cermin

Daun daun mengepikkan lenganya lemas
Bungabunga menyapa membuka kelopaknya
Musim jadi semi angin datang mengarah cemas
Aku hanya kaku berdiri terpukau lepas tenaga

Adalah kuas dan kanvas pasti meninggal bekas
Cerita dan puisi adalah tempat berpunca segala makna
Aku ngerti kenapa waktu melalap meremas
Karena ada bunga yang diharap datangnya
Entah apa? Hati bertanya; dapat jawab dan balas
Di jendela dalam pengabdian menanti sepi menjelma

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 25 Juni 2015
Read more ...

Warta Terkini


Warta Terkini

Bukanya pemilik baju yang ketat dihidangkan
Serta rok mini sengaja dinampakkan, dalamnya
Otak masih belia macet tak jalan
Diseret zaman millenium negeri lupa berbudaya
Pantas, tahta berkuasa membekap segala warta
Pantas, wanita bernyawa ganda lebih hidup di bungkus
harta dan busana
Pantas, penjahat bermuka dua bangga ditawannya
Pantas, mahligai keluarga bengkak retak menganga
Anakanak disanderadera psikologis
Ahlak  jejaka dan gadis dipertanyatanyakan, karena
Metropolis bukan alasan, tanya nenek moyang atau
kamitua
Inilah nomena bumi pertiwi kita yang  fakta kini
di gugatdebat opini
Desasdesus mengudara tangkap tangan kabarnya
Sekawanan kekejaman membabibuta kepada siapa? Aku 
Lagilagi korbanya. Ditikam lebam badan, dipukul merata
Darah ceceran. Anjing kejar lari endusi jejak, pelakunya
siapa? Aku
Ngeri. Sungguh mengenaskan, meringkuk busana kulit
putih cat warna
Wartawan ganas Polisi panas tekateki kenali tanda sisa
Rakyat unjukrasa bunga taburi bumi berbela duka
Analisa ikut bicara jawabnya; gadis paruhbaya
direnggut maut pelaku perkosa, barang dan harta
hempas hilang dikantonginya
Inilah gaya kota, semakin hidup di era baru kini
Etika dan norma ditanam tumbuh tak nampak bekastilas
Orang hanya mengikuti egoisme yang sejenis
Sampai dihujung tergilas dikikis gengsiisme politik bisnis
Perang sihir budaya meraja, kita kaku terkapar sadar
dihipnotis
Ingat Proletar hanya budak yang bermimpi dianggap
borjuis
Kita hidup di rimba kapitalisme, kuat berkuasa lemah
disuap habis
Kita Negara ketiga gelarnya berkembang buahnya rogol 
digondol Tikus Berdasi

Naeron Aryaf Rifyana
Purwokerto, 27 Juli 2015
Read more ...
Designed By